Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap lingkungannya. Ada beberapa ahli yang mempelajari ranah-ranah tersebut dengan hasil penggolongan kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.


Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perlakuan sebagai berikut :
1.    Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.
2.    Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
3.    Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
4.    Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
5.    Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
6.    Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
Ranah afektif terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai berikut :
1.    Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.
2.    Parisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3.    Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.
4.    Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.
5.    Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
Ranah psikomotor (Bloom, dkk dalam Dimyati, 2006  : 29-30) terdiri dari tujuh jenis perilaku.
1.    Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
2.    Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan   diri dalam keadaan dimana akan trjadi sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3.    Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.
4.    Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.
5.    Gerakan kompleks, yagn mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang trdiri dari banyak tahap, secara lancar, efesien, dan tepat.
6.    Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
7.    Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri.
Bistari (2005 : 12) mengatakan bahwa jika anak ingin memiliki kemampuan dalam hal menguasai konsep, teorema, definisikan dan semacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya. Untuk melekatkan ide atau definisi tertentu dalam pikiran, anak-anak harus menguasai konsep dengan mencoba melakukannya sendiri. Dengan demikian, jika anak aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut, maka anak akan lebih memahaminya.
Soal pemahaman konsep merupakan soal yang di dalamnya terdapat kompetensi yang ditunjukkan peserta didik dalam memahami konsep, dan melakukan prosedur/algoritma secara akurat, efisien dan tepat dengan cara menyebutkan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifatnya, serta memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep tersebut.
Ada beberapa ciri khusus yang membedakan antara soal pemahaman konsep dengan soal untuk aspek penilaian yang lain. Menurut Sa’dijah (2006) setidaknya ada 7 ciri soal pemahaman konsep. Ciri-ciri tersebut antara lain :
1.    Menyatakan ulang sebuah konsep
2.    Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya)
3.    Memberi contoh dan non-contoh dari konsep
4.    Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
5.    Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep
6.    Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu
7.    Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah 

DAFTAR REFERENSI:
Arikunto, Suharsimi. 1986. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara.
  Patmawati. 2006. Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Tentang Operasi Hitung Campuran Pada Bilangan Cacah Di Kelas VI SD Negeri 41 Kalimas. Pontianak : Universitas Tanjungpura.

Categories:

Leave a Reply